Gegap gempita berita politik dan juga hal-hal terkait agama, menjadi posting mayoritas di berbagai social media beberapa tahun terakhir ini. Tak ketinggalan berita-berita hoax yang terkait dengan kedual hal tersebut pun menjamur dan tidak terbendung. Begitu reaktif para netizen mengomentari maupun sharing berita maupun tulisan yang terkait dengan politik dan agama.
Tanpa disadari pun, kedua hal tersebut pula yang menjadi pemicu perdebatan tak berujung. Dan menjadi lahan bisnis kebencian. Akhirnya, menurut saya, membuat ‘suasana’ social media menjadi tidak nyaman lagi. Sudah banyak teman yang saya hide atau mute, karena postingan-postingan mereka menurut saya terlalu provokatif, dan membuat perasaan saya yang membacanya menjadi tidak nyaman.
Memang setiap postingan menjadi tanggung jawab masing-masing dan merupakan hak kebebasan berpendapat. Tapi kok menurut saya sekarang sudah kebablasan.
Saya sampai saat ini masih berpendapat, agama dan politik adalah hal yang pribadi, dan sebaiknya didiskusikan di group-group terbatas dimana memang anggota-anggota group tersebut sudah siap berdiskusi, dan bukan di wilayah umum, seperti status, tweet, dan lain sebagainya.
Saya merindukan social media yang dulu, ketika postingan terbanyak adalah pamer foto-foto liburan, pernikahan, maupun kelahiran bayi, bahkan jualan barang-barang. Atau saat dimana postingan lebih banyak mengenai kegalauan. Memang saat ini masih ada juga yang posting mengenai hal tersebut, namun sepertinya kalah pamor dengan yang posting politik dan agama.
Sepertinya saya harus memperpanjang puasa social media dan masih harus menahan kerinduan tentang kenyamanan social media yang dulu pernah ada.