Tag Archives: social media

Rindu Social Media yang Dulu

Gegap gempita berita politik dan juga hal-hal terkait agama, menjadi posting mayoritas di berbagai social media beberapa tahun terakhir ini. Tak ketinggalan berita-berita hoax yang terkait dengan kedual hal tersebut pun menjamur dan tidak terbendung. Begitu reaktif para netizen mengomentari maupun sharing berita maupun tulisan yang terkait dengan politik dan agama.

Tanpa disadari pun, kedua hal tersebut pula yang menjadi pemicu perdebatan tak berujung. Dan menjadi lahan bisnis kebencian. Akhirnya, menurut saya, membuat ‘suasana’ social media menjadi tidak nyaman lagi. Sudah banyak teman yang saya hide atau mute, karena postingan-postingan mereka menurut saya terlalu provokatif, dan membuat perasaan saya yang membacanya menjadi tidak nyaman.

Memang setiap postingan menjadi tanggung jawab masing-masing dan merupakan hak kebebasan berpendapat. Tapi kok menurut saya sekarang sudah kebablasan.

Saya sampai saat ini masih berpendapat, agama dan politik adalah hal yang pribadi, dan sebaiknya didiskusikan di group-group terbatas dimana memang anggota-anggota group tersebut sudah siap berdiskusi, dan bukan di wilayah umum, seperti status, tweet, dan lain sebagainya.

Saya merindukan social media yang dulu, ketika postingan terbanyak adalah pamer foto-foto liburan, pernikahan, maupun kelahiran bayi, bahkan jualan barang-barang. Atau saat dimana postingan lebih banyak mengenai kegalauan. Memang saat ini masih ada juga yang posting mengenai hal tersebut, namun sepertinya kalah pamor dengan yang posting politik dan agama.

Sepertinya saya harus memperpanjang puasa social media dan masih harus menahan kerinduan tentang kenyamanan social media yang dulu pernah ada.

Bisnis Kebencian

Seiring dengan populernya berbagai macam kanal social media, semakin mudah juga untuk seseorang mempostingkan sesuatu. Dengan kemudahan-kemudahan tersebut lantas membuat segelintir orang memanfaatkannya menjadi sebuah bisnis. Yaitu bisnis kebencian.

Bisnis ini memanfaatkan media seperti facebook fans page, website, twitter, dan berbagai macam media lain dengan cara membuat potensi konflik atau perbedaan pendapat yang akan selalu dijaga agar terus menerus tidak bisa akur.

Bisnis ini selalu menggunakan bahasa yang provokatif, mencari-cari kesalahan, memutar-balikkan fakta, menyebarkan hoax, dan (sering kali) membawa-bawa dalil agama. Dan kondisi masyarakat Indonesia yang sebagian besar begitu reaktif akhirnya bisa membuat posting tersebut menjadi viral. Menyebar tanpa bisa dibendung. Menghasilkan trafik ribuan, klik ribuan, di-share ribuan, dan menghasilkan ribuan komentar pula, baik yang pro maupun kontra. Dan berakhir dengan bertambahnya pundi-pundi kekayaan para pelaku bisnis ini.

Cara-cara tersebut selalu diulang, dan bisa dikatakan selalu berhasil. Kalau diprotes, akhirnya menyebarkan klarifikasi. Tetapi klarifikasi atas sebuah posting kebencian tidak akan pernah seviral posting kebencian itu sendiri. Dan besok-besok akan diulang kembali.

Sampai kapan hal ini akan terus terjadi? Sampai kapan bisnis kebencian ini akan tetap laku?

Berpuasa Social Media

Saya sedang mencoba untuk mengurangi interaksi dalam social media. Dari sekitar akhir tahun lalu, saya hanya mempunyai dua account social media, yaitu facebook dan twitter. Dan saya mencoba untuk membatasi aktivitas di dalam kedua social media tersebut.

Account-account saya yang lain sudah saya non aktifkan bahkan saya hapus. Termasuk instagram, linked in, dan path.

Untuk Facebook, saya tidak begitu kesulitan untuk mengurangi aktivitas di dalamnya. Saya sangat jarang membuka facebook. Mungkin dalam seminggu hanya sekali. Itu pun hanya cek notifikasi saja. Facebook mulai terasa membosankan dengan banyaknya posting-posting yang menurut saya tidak pantas disharing. Seperti informasi hoax, sampai pesan kebencian terhadap suatu hal.

Sedangkan untuk twitter, saya agak kesulitan untuk mengurangi aktitivas di dalamnya. Twitter menjadi sumber utama saya dalam mendapatkan informasi. Bahkan di dalam Twitter saya juga membuat berbagai macam list untuk mengkategorisasikan informasi-informasi tersebut. Sehingga saya agak kesulitan dalam mengurangi ‘kecanduan twitter’. Akhirnya aplikasi twitter client saya uninstall baik di laptop maupun handphone. Setidaknya dengan menghapus aplikasi twitter client tersebut mempersulit saya membuka twitter.

Mengurangi aktivitas di social media saya pilih karena saya merasa ketergantungan. Seakan-akan ada yang kurang kalau tidak berinteraksi di dalamnya. Sehingga dengan usaha saya berpuasa social media semoga saja bisa mengurangi ketergantungan tersebut.

Tetapi saya tidak sepenuhnya menghindari social media. Hanya saja tidak serutin dulu. Jadi kalau mau follow maupun mention twitter juga boleh. Atau bisa juga posting di wall facebook saya. Tetapi mohon maaf kalau responsenya lebih lama. 🙂

Ketergantungan Informasi

Saya pernah menulis mengenai ketergantungan pada informasi pada tahun 2012. Saat itu sedang hangat-hangatnya penggunaan social media yang mewabah di Indonesia. Hampir setiap saat, mengecek timeline maupun bergantung pada push notification.

Dan sekarang dua tahun sudah berlalu, sepertinya ketergantungan pada informasi ini semakin akut. Hampir semua hal dalam keseharian membutuhkan sharing informasi. Mulai dari sinkronisasi data reminder, kalender, kontak dan lain sebagainya. Komunikasi pun sekarang mulai bergeser ke internet. Melalui whatsapp, BBM, LINE dan aplikasi messenger lainnya.

Kegiatan jual beli semakin marak dengan hadirnya berbagai platform e commerce di Indonesia, ada berniaga, tokobagus, tokopedia, bukalapak dan lain sebagainya. Kaskus sebagai forum pun tak ketinggalan menyempurnakan board khusus untuk jual beli.

Kalau koneksi internet tidak berjalan sebagaimana mestinya, bisa dipastikan langsung panik. Seakan-akan dengan tidak terkoneksi ke internet, maka akan ketinggalan informasi yang mengalir sedemikian derasnya. Apalagi kalau misalnya gadgetnya ketinggalan. Seakan-akan merasa sebagai katak dalam tempurung. Padahal mungkin ya tidak ada yang mencari ataupun perlu dikhawatirkan. 😀

Lengkap sudah hidup dan mati tergantung pada koneksi. Kabar bahwa ada program mata-mata intelijen dari negara adikuasa terhadap semua aktifitas online seperti kecil efeknya. Sebagian besar orang sudah terlanjur tergantung dengan kegiatan online di dalam kesehariannya.

Jadi seberapa besar ketergantungan anda terhadap informasi?

Web 3.0 is about data?

Today, we all have facebook account, twitter account, and other social media account. Everyday we supply them with many informations about our life. We also have another account on free service, for example google analytics.

So many data being sent using email and messenger. We create, take and share documents, photos, audio and the other format of file. There are so many cloud service out there. And maybe we’re one of their user.

Julian Assange (Wikileaks Founder) said that Facebook is a big spy machine that ever invented. It used by US Goverment to gathering data from more than it’s 500 million user.

There is also location based service. We provide them anything about place we have visited. And sometimes, all social media combined.

Social Media providers know where are you, what are you doing, your feeling, about your thinking and others information about you. You give information to them for free.

If web 2.0 is about user generated content, web 3.0 is about data?

Twitter sebagai Media Informasi Masa Depan

Twitter Logo

Twitter

Twiter adalah layanan microblogging yang sekarang ini lumayan populer. Hampir semua kalangan menggunakannya. Mulai dari rakyat jelata sampai golongan ningrat, warga biasa sampai pejabat, konsumen sampai produsen, anak muda sampai yang tua. Semua bergabung disana.

Ada hal yang menurut saya menarik untuk dicermati. Saat ini, hampir seluruh situs/portal berita mempunyai account twitter. Mereka biasanya memberikan judul beserta link ke situs/portal mereka apabila ingin membaca lebih lengkap. Produsen berbagai macam produk pun tidak ketinggalan. Mereka memberikan informasi mengenai produk, kuis, maupun sekedar berinteraksi dengan konsumennya. Artis/public figure pun demikian. Mereka menggunakan twitter untuk sekedar menumpahkan apa yang ada di pikirannya, atau ‘bersilaturahmi’ dengan penggemarnya.

Dengan twitter, informasi demi informasi pun mengalir dengan cepat. Saya bahkan mengetahui berbagai informasi pertama kali dari twitter. Dan indonesia pun sering membuat trending topic di twitter.  Bisa dijadikan salah satu bukti valid pengguna twitter dari Indonesia lumayan banyak.

Twitter sebagai media informasi yang sangat efisien. Dengan konsep yang simpel dan mudah digunakan membuatnya semakin menarik pengguna. Siapapun bisa bergabung dan mulai menentukan sendiri, dia ingin mengikuti/mendapatkan informasi (tweet) dari siapa/brand apa.

Apakah di masa yang akan datang, semua orang akan bergantung pada twitter?