Category Archives: dari hati ke hati

Permohonan Pasang Baru Online Listrik PLN

Awal bulan juni kemarin, saya mendapatkan mandat dari Ibu untuk memisahkan listrik dari ikut rumah Pakdhe, menjadi pasang listrik sendiri. Dan ketika membuka website PLN, saya menemukan form untuk pengajuan pasang baru online. Saya melakukan googling, ternyata ada beberapa orang yang sudah memanfaatkan fasilitas tersebut.

Jadilah saya pun mencoba mendaftar lewat form permohonan pasang baru listrik PLN tersebut. Tertanggal 4 Juni 2013 saya mendaftar, dan tanggal 12 Juni 2013 saya membayar biaya pemasangan listrik melalui ATM BCA. Hari berikutnya konfirmasi ke 123, pembayaran sudah diterima dan diminta untuk menunggu selama 10 hari kerja.

Tapi setelah 10 hari kerja, tidak juga ada konfirmasi apalagi pemasangan listrik. Di web pengecekan status pemasangan, hanya tercatat sampai proses pembayaran dan belum ada status lanjutan.Saya pun tercatat 3 kali telepon ke 123, dan 2 kali mention ke akun twitter PLN. Dan jawabannya hanya sudah dibuatkan laporan ke unit terkait. Tanpa pernah tau bagaimana kelanjutan penanganannya.

Setelah menunggu hampir satu bulan, 9 Juli 2013 kemarin saya ‘berkunjung’ ke Kantor PLN di daerah gedongkuning Jogjakarta. Dan dijawab sama mbak CS-nya diminta untuk menunggu (lagi), karena katanya status di sistem sudah ada surat perintah kerja.

Dan benar, sore harinya ada telepon dari orang PLN yang menanyakan posisi rumah. Akhirnya pada tanggal 10 dan 11 Juli 2013 dilakukan proses pemasangan. Dan sekarang sudah selesai.

Begitulah cerita saya.. adakah yang sudah pernah mencoba pasang baru listrik dan mengalami hal yang sama atau bahkan berbeda?

Susah untuk Ngeblog

Entah sudah berapa kalinya saya mencoba untuk konsisten menulis, tapi sepertinya semangat hanya pada awalnya saja. Perlahan tapi pasti semakin meredup.

Ide untuk tulisan pun seakan tidak ada. Bingung. Musnah. Lalu apa yang harus saya tuliskan?

Update tulisan pun kalah dengan update core dan plugin wordpress yang saya gunakan.

 

Konsisten Ngeblog

Dulu awal-awal saya mulai mencoba ngeblog, bisa memposting lebih dari satu post dalam sehari. Tapi semakin lama menjadi semakin susah untuk menemukan bahan untuk ditulis.

Apalagi dengan semakin maraknya microblogging semacam twitter, menjadikan hasrat menulis semakin redup. Konsisten ngeblog memang susah.

Jadi pengen nulis posting apa ya hari ini?

Pengguna Jalan di Yogyakarta

Sekitar tahun 2002-2005, masih banyak orang di daerah Bantul yang bersepeda kalau mau pergi ke kota yogyakarta. Setiap pagi dan sore, beriringan di jalan yang kadang sampai membuat jalan padat. Perlahan tapi pasti, pengguna sepeda ini pun semakin jarang. Dengan semakin mudah dan murahnya kendaraan bermotor, apalagi kemudahan mengajukan kredit, pertumbuhannya semakin cepat melesat.

Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ini sejalan dengan kemacetan di Yogyakarta. Dulu saya bisa hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit dari daerah Srandakan, Bantul bagian paling selatan, menuju kota yogyakarta untuk sekolah atau kuliah. Sekarang membutuhkan waktu sekitar 60 menit.

Continue reading

Person Of Interest

Person of Interest

Person of Interest

Dalam dua minggu terakhir ini saya ketagihan nonton serial “Person of Interest”. Person of Interest ini bercerita tentang sebuah sistem yang diciptakan dan digunakan oleh pemerintah Amerika untuk memonitor semua percakapan telepon, email, SMS, dan juga CCTV. Sistem tersebut akan melakukan analisa kemudian mendeteksi dini kemungkinan-kemungkinan adanya kejahatan.

Semua jenis kejahatan sebenarnya dideteksi oleh sistem tersebut. Baik percobaan pembunuhan, pencurian, dan lain sebagainya. Tetapi yang dianggap relevan oleh Pemerintah hanyalah kejahatan terorisme, dengan alasan sistem dibuat untuk melindungi semua orang, bukan melindungi orang per orang. Karena alasan tersebut pembuat sistem itu, Harrold Finch, merasa terpanggil untuk mencegah kejahatan-kejahatan yang dianggap tidak relevan tersebut.

Dengan merekrut seorang mantan agen CIA, John Reeze, mereka berdua bekerja sama untuk mencegah dan menyelamatkan orang-orang yang dideteksi oleh sistem dalam bahaya atau berpotensi membahayakan orang lain. Sistem ini berkomunikasi satu arah, dengan memberikan Social Security Number orang yang sedang dalam keadaan bahaya, atau berpotensi membahayakan.
Continue reading

Mutasi SIM C : Bantul – Kota Yogyakarta

KTP saya tahun lalu berganti dari warga kabupaten Bantul menjadi warga Kota Yogyakarta. Konsekuensinya adalah surat-surat lain juga harus mengikuti. Dan salah satunya adalah mutasi Surat Ijin Mengemudi (SIM) dari kabupaten bantul ke kota yogyakarta.

Proses yang pertama adalah mencabut berkas di Polres Bantul. Sesampainya saya di Polres Bantul langsung menuju tempat pelayanan SIM dengan membawa dua lembar fotokopian KTP dan SIM. Dua lembar fotokopian tersebut diserahkan ke Loket Perpanjangan SIM. Setelah menunggu sekitar 45 menit, berkas sudah bisa diambil.

Proses yang kedua adalah memasukkan berkas ke Poltabes Yogyakarta. Tahap yang pertama adalah ke bagian pendaftaran dengan membawa berkas mutasi, dua fotokopian KTP dan SIM,  serta surat keterangan sehat dari dokter. Tahap kedua adalah membayar di Loket BRI sebesar Rp. 75.000. Setelah itu menyerahkan berkas ke Loket Perpanjangan SIM. Menunggu sekitar 20 menit, kemudian dipanggil untuk foto dan diambil contoh sidik jari dan tandatangan. Dan tak berapa lama, SIM sudah bisa diambil. Proses di poltabes ini kurang lebih 40 menit.

Jadi sebenarnya proses mutasi itu tidak begitu lama. Seperti kata petugas di Polres Bantul, “Pun sakniki ditenggo, sik penting sabar”. 🙂

2012

Tahun 2012 akan segera berakhir dalam hitungan jam. Dan telah banyak hal yang terjadi di tahun ini. Banyak mimpi dan keinginan yang sudah tercapai, namun banyak juga yang belum tercapai.

Semoga di tahun 2013 mendatang menjadi tahun yang lebih baik bagi kita semua.

perlu membuat resolusi untuk tahun 2013? 🙂

Pasar Tradisional

Pasar Tradisional di jogja masih mendapatkan tempat di hati masyarakat umum walaupun serbuan mall dan minimarket menjamur dimana-mana. Karena di pasar tradisional tidak hanya soal siapa punya uang, tapi bisa untuk bercengkrama dengan sesama tanpa mengenal kasta. Berbeda dengan ‘pasar modern’ yang hanya melihat ‘punya uang berapa’.

Simbah Putri saya dua-duanya adalah pedagang pasar tradisional. Yang pertama jualan bumbu-bumbu dapur, yang kedua jualan tahu. Jaman masih kecil sebelum SD, saya tiap pagi dan siang ikut mengantar dan menjemput simbah. Dengan membonceng sepeda di atas kronjot (keranjang dari bambu).

Sepeda ber-kronjot

Sepeda ber-kronjot

Dan simbah-simbah saya tidak mau berhenti untuk berjualan di pasar ketika sudah semakin lanjut usia. Walaupun sudah berbagai cara dilakukan untuk membujuk simbah berdua, namun tidak berhasil. Tentu alasan simbah tidak mau berhenti bukan karena uang. Tapi karena di pasar bisa bertemu dengan teman-teman sejawat, bisa bercengkrama dan bersosialisasi. Hal inilah yang tidak dimiliki pasar modern.

Di Kabupaten Bantul, pembangunan mall dilarang untuk melindungi pasar tradisional. Dan pasar-pasar tradisional direnovasi agar lebih bagus dan rapi. Saya sangat setuju dengan kebijakan ini. Bagaimanapun juga, serbuan mall ini perlahan akan mematikan pasar tradisional.

Tapi saya sendiri sudah jarang ke pasar tradisional… 🙁

gambar sepeda dari sini