Layar Laptop Bermasalah

Tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba muncul garis-garis di layar laptop saya. Garis-garis ini awalnya samar, dan biasanya hilang dengan sendirinya.

Akan tetapi lama kelamaan, semakin jelas terlihat, dan cenderung nge-blok berwarna hitam pekat. Saya awalnya menduga ini tanda-tanda flexgate, yang memang menjadi known issue untuk seri laptop yang saya gunakan.

Tapi setelah mencoba mencari-cari penyebabnya, ternyata lebih disebabkan oleh panas yang tidak tertangani dengan sempurna sehingga mempengaruhi proses display di layar.

Awalnya saya mencoba untuk memasukkan ke service-an agar dibersihkan daleman laptop. Dan ini lumayan mengurangi juga. Saya juga membeli cooling pad dan juga kipas angin kecil khusus. Ini cukup membantu sementara waktu.

Continue reading

Kerja dari Rumah

Awal tahun ini, dunia dikejutkan dengan munculnya satu penyakit jenis baru yang kemudian dikenal dengan COVID-19. COVID-19 membuat berbagai penyesuaian kehidupan sosial harus dilakukan, termasuk dalam bekerja.

Kantor tempat saya bekerja menerapkan kerja dari rumah sejak pertengahan Maret, setelah diumumkan ada kasus di Indonesia. Kantor sebenarnya masih buka, tapi kedatangan ke kantor menjadi tidak diwajibkan, dan malah disarankan untuk bekerja dari rumah.

Dan sejak pertengahan Maret tersebut, praktis saya tidak berangkat ke kantor, semua pekerjaan dilakukan dari rumah. Karena pekerjaan saya dan tim memang sangat memungkinkan untuk dikerjakan secara jarak jauh, jadi tidak terlalu membutuhkan banyak penyesuaian.

Continue reading

Sebuah Cerita di 2018

Tahun 2018,

Diawali dengan ganti laptop, dimana saya berencana akan membuat review, tapi sampai sekarang masih sebatas wacana. 😀

Beberapa impian dan target sudah tercapai di tahun 2018 ini, sebagian masih dalam proses, dan sebagian lain masih belum dimulai. Ada cicilan yang sudah lunas, beberapa cicilan lain yang masih berjalan. 😀

Sebenarnya ada banyak cerita, tapi kok malas bingung bagaimana menceritakannya.

Ya sudah, begitu saja. Semoga tahun depan menjadi tahun yang lebih baik. Amin.

Ganti Laptop

Acer TravelMate, Macbook Pro mid 2010, Macbook Pro TouchBar

Acer TravelMate, Macbook Pro mid 2010, Macbook Pro TouchBar

Saya pertama kali menggunakan Macbook Pro sekitar bulan Oktober tahun 2010. Waktu itu saya berganti dari Acer TravelMate ke Macbook Pro.

Dan semenjak itu saya beberapa kali mengupgrade HD dan RAM yang dapat dibaca di sini dan sini. Secara performa untuk pengunaan biasa, Macbook Pro keluaran mid 2010 tersebut masih bisa diandalkan. Apalagi sudah menggunakan SSD dan penambahan RAM menjadi 16GB.

Yang sudah rusak dari Macbook Pro mid 2010 tersebut adalah speaker, suaranya sudah tidak bisa terdengar dengan jelas. Untuk battery masih tahan sekitar 1-2 Jam untuk penggunaan biasa. Untuk laptop dengan usia pemakaian sekitar 7,5 tahun, tentu ini sudah termasuk luar biasa.

Akan tetapi ketika untuk melakukan pemrosesan yang lumayan berat, Macbook Pro mid 2010 tersebut sudah ngos-ngosan. Suara kipasnya begitu kencang terdengar apabila sedang bekerja keras. Dan akhirnya saya memutuskan untuk berganti laptop.

Pilihan awal saya tetap akan ganti laptop dengan Macbook Pro, belum ada pemikiran untuk beralih ke produk lain karena saya sudah terlalu nyaman dengan MacOS. Setelah menimbang dan memilih, akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada Macbook Pro 13″ Touchbar. Saya memilih dengan opsi HD 256GB.

Saya mencoba mencari di beberapa local authorized reseller dan tentunya juga portal-portal e commerce online. Setelah membanding-bandingkan, saya membeli di Lazada. Lazada sudah menjadi Apple authorized reseller juga untuk di Indonesia. Pengalaman berbelanja di Lazada untuk produk ini lumayan lancar. Dari proses pemesanan dan pengiriman sampai akhirnya sampai di rumah hanya butuh sekitar 3 hari. Saya pesan hari minggu, hari selasa sudah sampai di rumah.

Dan sampai saat ini berarti sudah sekitar 2 bulan menggunakan laptop baru. Review dari laptop tersebut, menurut rencana akan saya postingkan di post yang berbeda. Semoga bukan wacana.

Penyuka Layar Smartphone Kecil

Semakin hari, layar smartphone semakin besar. Ukuran 5-6 inch seakan menjadi tren untuk saat ini. Dan semakin sedikit produsen yang menyediakan layar yang lebih kecil.

Saya termasuk orang yang tidak begitu menyukai layar yang terlalu besar. Ukuran 4 inch masih menjadi pilihan sampai saat ini. Pernah mencoba untuk menggunakan layar dengan ukuran yang lebih lebar, namun terasa tidak cocok.

Ukuran 4 inch menurut saya sudah pas digenggam dan juga pas ketika masuk ke kantong baju atau celana. Selain itu untuk urusan yang membutuhkan layar lebih lebar, saya lebih menyukai di laptop saja.

Ada rumor Apple akan mengeluarkan versi baru dari iPhone SE, masih dengan layar yang kecil. Tentunya saya menanti-nanti kebenaran rumor ini. Semoga saja benar.

2017 (2)

Tahun 2017, sebentar lagi akan berakhir. Dan di tahun ini pula, blog ini semakin sedikit post-nya. 😀

Ada banyak cerita yang sudah terjadi di tahun ini. Banyak suka dan duka. Banyak pelajaran baru. Banyak ilmu dan pengalaman baru. Banyak teman baru. Ada tambahan lingkungan baru.

Di tahun 2017 ini, beberapa impian saya yang pada awalnya tidak terbayang bisa terwujud, akhirnya bisa tercapai. Alhamdulillah, sungguh tidak disangka-sangka.

Semoga di tahun 2018 yang akan datang, kembali bisa menggapai impian-impian dan cita-cita lainnya.

Amin.

Rindu Social Media yang Dulu

Gegap gempita berita politik dan juga hal-hal terkait agama, menjadi posting mayoritas di berbagai social media beberapa tahun terakhir ini. Tak ketinggalan berita-berita hoax yang terkait dengan kedual hal tersebut pun menjamur dan tidak terbendung. Begitu reaktif para netizen mengomentari maupun sharing berita maupun tulisan yang terkait dengan politik dan agama.

Tanpa disadari pun, kedua hal tersebut pula yang menjadi pemicu perdebatan tak berujung. Dan menjadi lahan bisnis kebencian. Akhirnya, menurut saya, membuat ‘suasana’ social media menjadi tidak nyaman lagi. Sudah banyak teman yang saya hide atau mute, karena postingan-postingan mereka menurut saya terlalu provokatif, dan membuat perasaan saya yang membacanya menjadi tidak nyaman.

Memang setiap postingan menjadi tanggung jawab masing-masing dan merupakan hak kebebasan berpendapat. Tapi kok menurut saya sekarang sudah kebablasan.

Saya sampai saat ini masih berpendapat, agama dan politik adalah hal yang pribadi, dan sebaiknya didiskusikan di group-group terbatas dimana memang anggota-anggota group tersebut sudah siap berdiskusi, dan bukan di wilayah umum, seperti status, tweet, dan lain sebagainya.

Saya merindukan social media yang dulu, ketika postingan terbanyak adalah pamer foto-foto liburan, pernikahan, maupun kelahiran bayi, bahkan jualan barang-barang. Atau saat dimana postingan lebih banyak mengenai kegalauan. Memang saat ini masih ada juga yang posting mengenai hal tersebut, namun sepertinya kalah pamor dengan yang posting politik dan agama.

Sepertinya saya harus memperpanjang puasa social media dan masih harus menahan kerinduan tentang kenyamanan social media yang dulu pernah ada.