Beberapa hari ini telah menjalani puasa. Insya Allah sampai nanti tanggal 27 Juli 2014 dan tanggal 28 Juli 2014 adalah hari lebaran.
Selamat berpuasa!
Beberapa hari ini telah menjalani puasa. Insya Allah sampai nanti tanggal 27 Juli 2014 dan tanggal 28 Juli 2014 adalah hari lebaran.
Selamat berpuasa!
Tak ada gunanya menceritakan rencana, kalau akhirnya lebih sering jadi wacana. Begitulah kata seseorang. Memang kalau diingat-ingat sudah terlalu banyak rencana yang berakhir wacana. Lebih sering karena hanya semangat pada awalnya.
Rencana yang sudah tersusun pun hilang begitu saja. Teringat kemudian di suatu ketika. Atau bisa jadi sudah muncul semangat tapi tidak ada ‘partner’ yang seirama.
Mungkin memang sudah saatnya merubah diri sendiri. Karena dalam kasus ini cermin lebih dibutuhkan daripada teropong. Lebih baik memperbaiki diri daripada omong kosong.
Dan coba lihat beberapa saat lagi. Akankah posting seperti ini hadir lagi?
Lebaran atau Idul Fitri menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Kesempatan merayakan hari raya bersama dengan keluarga dan saudara. Menumpuk rindu selama satu tahun, dan melepaskannya di kesempatan lebaran.
Lebaran membawa rejeki bagi orang-orang di desa. Setiap orang yang mudik bisa dipastikan akan membawa uang dan membelanjakannya di kampung halaman. Prosesi mudik pun bisa menjadi malapetaka, sudah ratusan orang meninggal dalam kurun waktu kurang lebih dua minggu karena kecelakaan. Namun dari tahun ke tahun jumlah kecelakaaan ini tidak membuat surut semangat untuk kembali ke desa.
Lebaran membawa maaf, dimana setiap orang menjadi ringan untuk meminta dan memberi maaf. Terlepas maaf itu tulus atau tidak. Kesempatan untuk bertemu dengan teman-teman sebaya dulu, reuni. Kesempatan untuk mengenang masa-masa dulu. Kesempatan untuk mengenalkan tambahan orang di dalam keluarga, bisa istri/suami atau bayi-bayi yang baru saja lahir.
Lebaran menjadi kesempatan untuk naik jenjang sebuah hubungan, bisa lamaran bisa pernikahan. Mumpung keluarga semuanya berkumpul. Lebaran menjadi hal yang dinantikan, di saat anak-anak kecil menanti pemberian ‘uang saku’.
Karena sampai kapanpun, sepertinya lebaran akan selalu dinanti. Sampai nanti….
Ini adalah pengalaman pertama saya dalam hal tukar-menukar uang kertas asing. Jadi ceritanya saya mendapatkan beberapa dolar dari kakak saya waktu saya nikah tahun 2011 lalu. Uang cuma ditaruh di kotak dan kemudian lupa sampai beberapa waktu yang lalu, saya diingatkan oleh kakak saya kalau uang kertas dolar tersebut jamuran. Sayangnya saya lupa tidak menfoto uang dolar tersebut. Lumayan parah jamurannya. Dan saya sempat khawatir uang dolar tersebut ditolak waktu ditukar di bank.
Singkat cerita, saya ke Bank Mandiri cabang Katamso, dan benar dugaan saya, uang kertas tersebut ditolak! Sempat agak panik, karena bagi saya lumayan besar juga nominalnya, apalagi pas nilai tukar dolar lumayan tinggi.
Akhirnya ke Bank BCA Katamso, telernya mengatakan cabang tersebut tidak menerima penukaran uang asing. Disarankan ke Bank BCA cabang sudirman, atau malah ke bank sebelah (maksudnya BII). Saya langsung ke BII, kata satpam alatnya rusak. Saya tidak paham alat apa yang rusak.
Keesokan harinya saya ke Bank BCA Sudirman Jogja, dan langsung menuju teler nomer 24 sesuai arahan satpam. Pertamanya mbak-mbak telernya juga ragu menerima atau tidak. Mbak-mbak tersebut memanggil mas-mas, sepertinya bagian valuta asing, untuk meminta pertimbangan. Beberapa kali uang dolar tersebut dimasukkan ke alat yang bentuknya kayak printer. Dan akhirnya mas-mas tersebut memutuskan menerima. Hore!
Kemudian saya menerima kertas kecil bertuliskan nilai tukar 1 dolar ke rupiah pada hari itu, yaitu Rp 10.125, dan nominal akhir penukaran dolar saya.. Alhamdulillah, lumayan. 🙂
Pelajaran yang bisa dipetik adalah jangan simpan uang dalam tempat yang lembab nanti bisa jamuran, lebih baik ditabung di bank saja. 😀
Awal bulan juni kemarin, saya mendapatkan mandat dari Ibu untuk memisahkan listrik dari ikut rumah Pakdhe, menjadi pasang listrik sendiri. Dan ketika membuka website PLN, saya menemukan form untuk pengajuan pasang baru online. Saya melakukan googling, ternyata ada beberapa orang yang sudah memanfaatkan fasilitas tersebut.
Jadilah saya pun mencoba mendaftar lewat form permohonan pasang baru listrik PLN tersebut. Tertanggal 4 Juni 2013 saya mendaftar, dan tanggal 12 Juni 2013 saya membayar biaya pemasangan listrik melalui ATM BCA. Hari berikutnya konfirmasi ke 123, pembayaran sudah diterima dan diminta untuk menunggu selama 10 hari kerja.
Tapi setelah 10 hari kerja, tidak juga ada konfirmasi apalagi pemasangan listrik. Di web pengecekan status pemasangan, hanya tercatat sampai proses pembayaran dan belum ada status lanjutan.Saya pun tercatat 3 kali telepon ke 123, dan 2 kali mention ke akun twitter PLN. Dan jawabannya hanya sudah dibuatkan laporan ke unit terkait. Tanpa pernah tau bagaimana kelanjutan penanganannya.
Setelah menunggu hampir satu bulan, 9 Juli 2013 kemarin saya ‘berkunjung’ ke Kantor PLN di daerah gedongkuning Jogjakarta. Dan dijawab sama mbak CS-nya diminta untuk menunggu (lagi), karena katanya status di sistem sudah ada surat perintah kerja.
Dan benar, sore harinya ada telepon dari orang PLN yang menanyakan posisi rumah. Akhirnya pada tanggal 10 dan 11 Juli 2013 dilakukan proses pemasangan. Dan sekarang sudah selesai.
Begitulah cerita saya.. adakah yang sudah pernah mencoba pasang baru listrik dan mengalami hal yang sama atau bahkan berbeda?
Entah sudah berapa kalinya saya mencoba untuk konsisten menulis, tapi sepertinya semangat hanya pada awalnya saja. Perlahan tapi pasti semakin meredup.
Ide untuk tulisan pun seakan tidak ada. Bingung. Musnah. Lalu apa yang harus saya tuliskan?
Update tulisan pun kalah dengan update core dan plugin wordpress yang saya gunakan.
Dulu awal-awal saya mulai mencoba ngeblog, bisa memposting lebih dari satu post dalam sehari. Tapi semakin lama menjadi semakin susah untuk menemukan bahan untuk ditulis.
Apalagi dengan semakin maraknya microblogging semacam twitter, menjadikan hasrat menulis semakin redup. Konsisten ngeblog memang susah.
Jadi pengen nulis posting apa ya hari ini?
Sekitar tahun 2002-2005, masih banyak orang di daerah Bantul yang bersepeda kalau mau pergi ke kota yogyakarta. Setiap pagi dan sore, beriringan di jalan yang kadang sampai membuat jalan padat. Perlahan tapi pasti, pengguna sepeda ini pun semakin jarang. Dengan semakin mudah dan murahnya kendaraan bermotor, apalagi kemudahan mengajukan kredit, pertumbuhannya semakin cepat melesat.
Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ini sejalan dengan kemacetan di Yogyakarta. Dulu saya bisa hanya membutuhkan waktu sekitar 40 menit dari daerah Srandakan, Bantul bagian paling selatan, menuju kota yogyakarta untuk sekolah atau kuliah. Sekarang membutuhkan waktu sekitar 60 menit.